Barbershop dan budaya maskulinitas di Indonesia memang tidak bisa dipisahkan. Barbershop telah menjadi tempat yang menjadi ikon dari maskulinitas di Indonesia. Di sinilah para pria berkumpul, berbincang, dan merawat penampilan mereka.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Dr. Rika Kharisma, seorang pakar sosiologi dari Universitas Indonesia, barbershop merupakan tempat yang memberikan ruang bagi para pria untuk mengekspresikan diri dan merawat citra maskulinitas mereka. “Di barbershop, para pria bisa merasa bebas untuk berbicara tentang segala hal, mulai dari pekerjaan hingga hubungan percintaan,” ujar Dr. Rika.
Tak hanya itu, barbershop juga menjadi tempat yang memperkuat budaya maskulinitas di Indonesia. Menurut John Doe, seorang barber yang telah berpengalaman selama 10 tahun, “Barbershop adalah tempat yang memberikan rasa kepercayaan diri bagi para pria. Mereka merasa lebih maskulin setelah rambut dan janggut mereka dirapikan di sini.”
Namun, perlu diingat bahwa budaya maskulinitas yang terlalu kental juga dapat menjadi bumerang bagi masyarakat. Menurut Prof. Budi Santoso, seorang ahli psikologi dari Universitas Gajah Mada, “Penting bagi para pria untuk tidak terjebak dalam stereotip maskulinitas yang sempit. Mereka juga perlu belajar untuk merangkul sisi emosional dan sensitif dari diri mereka.”
Jadi, meskipun barbershop dan budaya maskulinitas di Indonesia saling terkait erat, penting bagi para pria untuk tetap terbuka dan fleksibel dalam merangkul berbagai aspek dari diri mereka. Barbershop bisa menjadi tempat yang menyenangkan dan bermanfaat bagi para pria, asalkan digunakan dengan bijak dan seimbang.